Rabu, 30 Desember 2015

Berita Astronomi Terbaru (September-Desember 2015)

hai para penjelajah luar angkasa! karena pernah mengontrak mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, saya terbiasa mencari berita ter-update mengenai astronomi di merdeka.com. pada postingan kali ini saya akan membagikan beberapa artikel mengenai astronomi terbaru (september-desember 2015). setelah membaca postingan ini semoga teman-teman bisa terinspirasi untuk mengikuti berita tentang astronomi juga. cukup memasukkan "merdeka.com" di mesin pencari anda, dan masukkan keyword "astronomi" di web tersebut. selamat menjelajah!

Fisikawan ramai-ramai tolak penemuan astronomi terbesar abad ini

Reporter : Bramy Biantoro | Selasa, 23 September 2014 19:00

Fisikawan ramai-ramai tolak penemuan astronomi terbesar abad ini
Ilustrasi ledakan Big Bang. © The Times

Merdeka.com - Fenomena 'Big Bang' telah lama dianggap sebagai salah satu teori yang menyatakan bagaimana alam semesta terbentuk. Ledakan besar yang miliaran tahun lalu terjadi menyebarkan benih-benih objek-objek penting di alam semesta seperti planet, bintang, hingga galaksi. Dan pada bulan Maret lalu, sekelompok peneliti bertempat di Antartika berhasil mengonfirmasi sisa-sisa Big Bang.
Sayangnya tidak semua fisikawan dan ilmuwan lain percaya dengan penemuan sisa-sisa gelombang kosmik Big Bang oleh teleskop BICEP2 di Antartika. Padahal, penemuan gelombang kosmik yang bukti keberadaan Big Bang tersebut sudah dianugerahi oleh penghargaan Nobel.
Berdasarkan laporan baru dari sebuah kumpulan fisikawan dunia menyatakan gelombang tersebut bukan berasal dari sisa-sisa ledakan Big Bang. Gelombang kosmik yang disebut 'B-mode polarization' yang ditangkap oleh teleskop BICEP2 diprediksi hanya radiasi yang dihasilkan oleh debu antar galaksi.
Fisikawan-fisikawan tersebut yakin bila teleskop BICEP2 menangkap terlalu banyak 'kontaminasi' radiasi dari objek-objek lain di angkasa yang hampir sama tuanya dengan Big Bang. Tetapi, tetap saja radiasi tersebut tidak termasuk gelombang gravitasi purba yang tersisa saat alam semesta pertama kali terbentuk.
Tim fisikawan 'Planck' juga mempublikasi peta baru yang menampilkan debu-debu antar galaksi yang kemungkinan besar mengganggu data yang diambil oleh teleskop BICEP2 atau teleskop-teleskop lain dalam usaha menemukan salah satu bukti paling dicari dalam sejarah manusia tersebut.
Guna meningkatkan hasil penelitian terbaru, kedua tim peneliti yang berbeda pendapat tersebut sepakat untuk meneliti bersama sinyal yang didapat oleh teleskop BICEP2. Hasil dari penelitian kolaboratif tersebut diharapkan keluar pada bulan November tahun ini.
Lihat selengkapnya di: http://www.merdeka.com/teknologi/fisikawan-ramai-ramai-tolak-penemuan-astronomi-terbesar-abad-ini.html

Bumi berputar kencang, mengapa manusia tak ikut terlempar?

Reporter : Bramy Biantoro | Selasa, 27 Oktober 2015 01:03
Bumi berputar kencang, mengapa manusia tak ikut terlempar?
Misteri rotasi Bumi. ©Circleofjoy.org
Merdeka.com - Jika kita menempelkan sebutir nasi pada sebuah gangsing yang sedang berputar, maka nasi itu akan terlempar langsung. Lalu, mengapa manusia tidak mengalami hal yang sama saat berada di Bumi?
Bumi berputar sangat cepat
Ya, setiap hari, selama 24 jam penuh Bumi terus berputar pada porosnya, mirip gasing. Aktivitas ini kerap disebut rotasi. Rotasi Bumi juga lah yang menyebabkan adanya siang dan malam.
Perlu diketahui, Bumi berputar sangat cepat, mencapai kecepatan 1.600 kilometer per jam di bagian khatulistiwa. Namun, kita sama sekali tidak merasakan getaran dari putaran Bumi itu bukan? Padahal, saat gempa Bumi terjadi, kita dengan mudah ikut bergetar.
Rasanya sama saat naik pesawat
Sebelum mengetahui alasannya, pernahkah Anda naik pesawat terbang? Apabila pernah, ketika terpejam atau menutup mata, tentu Anda tidak merasa bergerak sama sekali. Padahal, pesawat bisa terbang dengan kecepatan 800 kilometer per jam, setengah kecepatan rotasi Bumi.
Alasannya, ternyata pesawat dan semua penumpang di dalamnya bergerak dengan kecepatan sama dan tetap. Sehingga tidak akan dirasakan getaran, kecuali saat pesawat mengurangi kecepatan saat akan mendarat atau saat pesawat meningkatkan kecepatan saat mau take-off.
Jawabannya: Bumi berputar cepat dan konstan
Nah, Bumi sama dengan pesawat tadi, semua gunung, lautan, dan makhluk hidup di dalamnya sejatinya ikut berputar bersamaan dengan Bumi. Rahasia lainnya adalah Bumi berputar dan bergerak mengelilingi matahari dengan kecepatan tetap. Alhasil, dua hal tersebut membuat manusia tidak merasakan putaran atau terlempar akibat putaran tadi.
Manusia baru akan bisa merasakan putaran Bumi jika kecepatan putaran Bumi melambat atau meningkat dengan tiba-tiba. Sama seperti laju mobil di tengah kemacetan, gerakan maju dan berhenti tiba-tiba tentu sangat bisa penumpang rasakan.
Manusia zaman dulu 'tertipu'
Tahu kah Anda bila hal yang menyebabkan manusia zaman dulu, di masa Yunani kuno menjadikan Bumi sebagai pusat tata surya, bukannya matahari, adalah tidak terasanya putaran Bumi? Yang manusia tahu dulu adalah Bulan dan matahari, serta gugusan bintang lewat di atas Bumi. Sehingga banyak filsuf zaman dulu yang percaya bila Bumi itu tak bergerak dan menjadi pusat alam semesta.
Teori Bumi berputar mengelilingi matahari sendiri baru benar-benar diakui pada abad ke 16, bermula dari teori heliosentris di buku Nicolaus Copernicus yang berjudul On the Revolutions of the Heavenly Spheres (mengenai perputaran bola-bola langit), yang diterbitkan pada tahun 1543.
Apa yang terjadi saat Bumi berhenti berputar?
Pertama-tama terjadi adalah tubuh kita akan terbang dengan kecepatan 465 meter per detik. Kecepatan tersebut mampu mengubah tubuh manusia menjadi bongkahan kecil berukuran beberapa inci saja.
Ada kemungkinan manusia atau makhluk hidup lain yang berada di sekitar kutub selamat sebab di kedua ujung bumi itu gaya lempar yang terjadi tidak akan begitu terasa. Yang membuat mereka musnah adalah angin topan super dengan kekuatan setara dengan ledakan bom atom. Saking cepatnya, angin tersebut akan nampak membakar seluruh benda-benda yang dilewatinya.
Parahnya, topan super itu diperkirakan bisa menyebabkan erosi besar-besaran pada kerak bumi. Pegunungan-pegunungan tinggi seperti Himalaya di Nepal dan Jaya Wijaya di Indonesia akan mengecil bahkan memendek akibat kibasan angin itu.
Kemudian bencana berikutnya yang berasal dari laut berupa tsunami raksasa akan menyapu seluruh permukaan bumi. Hal tersebut sama persis dengan apa yang digambarkan oleh film fiksi ilmiah '2012'.
Parahnya, topan super itu diperkirakan bisa menyebabkan erosi besar-besaran pada kerak bumi. Pegunungan-pegunungan tinggi seperti Himalaya di Nepal dan Jaya Wijaya di Indonesia akan mengecil bahkan memendek akibat kibasan angin itu.
Saat bumi berhenti berputar, lapisan inti bumi akan berhenti berputar pula. Padahal gerakan inti bumi adalah sumber dari seluruh lapisan magnetik yang melindungi bumi dari serangan radiasi matahari. Pada akhirnya, matahari lah yang benar-benar membunuh seluruh makhluk hidup yang ada di bumi lewat sinar ultraviolet-nya.
Lihat selengkapnya di: http://www.merdeka.com/teknologi/bumi-berputar-kencang-mengapa-manusia-tak-ikut-terlempar.html

Begini padatnya sampah luar angkasa sampai tahun 2015

Reporter : Bramy Biantoro | Senin, 28 Desember 2015 15:05
Begini padatnya sampah luar angkasa sampai tahun 2015
Luar angkasa. ©2013 Merdeka.com
Merdeka.com - Polusi yang disebabkan oleh ulah manusia tidak hanya berhenti di Bumi, tetapi hingga luar angkasa. Pertanyaannya, seberapa parah polusi luar angkasa yang disebabkan oleh manusia?
Saat satelit pertama, Sputnik, diluncurkan oleh Rusia tahun 1957 lalu, kawasan luar angkasa di sekitar orbit Bumi sangat bersih. Namun setelah kesuksesan Sputnik, umat manusia berlomba-lomba meluncurkan roket dan objek lain ke orbit Bumi.
Imbasnya, sampah luar angkasa berupa sisa roket dan satelit tua pun kini menutupi atmosfer atas Bumi. NASA sendiri menyebutkan bila ada 20.000 sampah sisa roket besar yang mengelilingi Bumi dengan kecepatan 27 ribu kilometer per jam.
Lebih parah lagi, sampah kecil berukuran lebih kecil dari bola kasti diprediksi jumlahnya mencapai 500.000 lebih. Untuk menggambarkan betapa padatnya sampah di luar Bumi, ilmuwan dari Royal Institution of Great Britain, Stuart Grey, mengunggah sebuah video di YouTube.
Video berdurasi 1 menit itu memperlihatkan pertumbuhan jumlah sampah dari tahun 1957 hingga 2015. Sampah-sampah luar angkasa sendiri mempunyai potensi menggagalkan misi luar angkasa di masa depan. Bahkan tidak sedikit yang jatuh kembali ke Bumi.

Lihat selengkapnya di: http://www.merdeka.com/teknologi/begini-padatnya-sampah-luar-angkasa-sampai-tahun-2015.html

Gravitasi

Teman-teman mungkin sudah tidak asing dengan kata "gravitasi". pada kesempatan kali ini saya akan memposting salahsatu video menarik yang saya peroleh dari youtube dan dipresentasikan oleh kelompok saya pada kegiatan Physics English Club di FPMIPA UPI.


Untuk mempermudah pemahaman teman-teman, saya berikan sedikit ulasan. video ini menjelaskan bahwa setiap benda bermassa di bumi ini pasti memiliki gaya tarik satu-sama lain, sesuai dengan persamaan
Dalam video, benda bermassa ini digambarkan menggunakan bola yang digelindingkan pada kain. bola-bola tersebut akan saling mendekat dan kemudian menempel.

Arah Medan Magnet

Video ini merupakan dokumentasi ketika praktikum Eksperimen Fisika Dasar 2 mengenai kemagnetan.


Dari video tersebut terlihat bahwa kompas yang diletakkan di sekeliling kawat yang dialiri arus listrik arahnya akan berubah. beitupun jika arah arus listrik yang diberikan berlawanan, arah perputaran kompas akan berlawanan pula. hal ini disebabkan adanya medan magnet di sekitar kawat lurus berarus listrik.

Selasa, 15 Desember 2015

Intelektual Muda sebagai Aset Daerah

Pada kesempatan ini, saya memposting esai yang pernah saya buat ketika kelas XII SMA untuk ikut serta dalam lomba esai pada kegiatan Sambadha Expo 2014. 

Ketika menulis, keinginan saya untuk menjadi seorang insinyur lingkungan sangatlah besar. Hanya berbekal asumsi dan pengetahuan seadanya saya memberanikan diri untuk mulai menulis. Meskipun tidak juara, semoga esai ini dapat memotivasi dan bermanfaat bagi kita semua, terutama teman-teman yang akan meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Selamat membaca. 



Intelektual Muda sebagai Aset Daerah

Pernahkah Anda merasakan berkendara dengan pesawat ulang alik menjelajahi galaksi? Atau memelihara kuda laut di kamar tidur Anda? Saya pernah merasakannya. Namun hanya sampai alarm di handphone berbunyi. Hal yang demikian biasa kita sebut dengan mimpi atau bunga tidur.   Lain halnya dengan mimpi, impian mengandung makna yang lebih luas. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai arti impian. Ada yang mengatakan impian adalah cita-cita. Yang lain mengatakan impian adalah keinginan besar. Menurut saya impian adalah acuan, dorongan, motivasi, atau target minimal. Seseorang boleh bermimpi setinggi yang ia mau. Namun, usaha yang ia lakukan untuk mewujudkannya bukan hanya harus berbanding lurus atau pun dua kali lipat dari tinggi impian tersebut, melainkan harus kuadrat dari seberapa tinggi impiannya. Karena impian merupakan target minimal. Kita harus memilki keyakinan akan terwujudnya impian kita. Jika usaha kita sudah maksimal, bukan tidak mungkin kita dapat meraih sesuatu yang jauh lebih besar dari apa yang kita impikan.
Impian bukan diawali dari kemampuan yang dimiliki seseorang, melainkan dari kemauan. Banyak orang yang mengatakan, “Pilihan hidupmu bergantung pada keahlianmu, jangan hanya mementingkan minat”. Pada kenyataannya, tidak terhitung banyaknya orang yang memiliki kemampuan yang biasa saja di semua bidang. Tidak semua orang merupakan ahli dalam bidang tertentu. Namun, setiap orang mempunyai minat dan ketertarikan pada sesuatu. Banyak orang yang memiliki minat pada hal tertentu tapi kemampuannya tidak terhitung mahir atau bahkan tidak bisa sama sekali. Contohnya, tidak sedikit orang yang tertarik pada musik tapi mereka tidak bisa memainkan alat musik ataupun bernyanyi.
Minat dan kemauan memiliki peranan yang sangat penting bagi pilihan hidup seseorang. Orang yang mempunyai kemauan akan berusaha untuk bisa menguasainya. Bahkan ia bisa setara atau lebih unggul dari orang-orang yang mahir terlebih dahulu. Berbeda dengan orang yang mahir tetapi tidak ada kemauan untuk lebih banyak belajar. Ia akan merasa angkuh dan malas. Dengan kata lain, mereka yang memiliki kemauan yang kuat tetapi belum mahir akan lebih kompetitif dibanding orang yang memiliki keahlian tapi tidak ada kemauan.
Bagi sebagian besar pelajar di sekolah saya, fisika bukanlah mata pelajaran yang memiliki banyak peminat dan penggemar. Fisika masih menjadi sesuatu yang dianggap sulit dan membosankan. Itu karena banyak dari siswa yang “baru melek” belajar fisika ketika duduk di bangku SMA, ketika materi pembelajarannya sulit dan banyak rumus. Padahal sebenarnya fisika dasar saat SMP itu sangat menarik. Jika sudah terbiasa sejak SMP, maka tidak akan begitu mengeluh saat SMA. Saya bukan termasuk orang yang ahli dalam bidang fisika. Nilai ulangan tidak selalu besar dan tidak semua soal bisa dikerjakan. Tapi saya sangat tertarik untuk mempelajarinya. Seperti ada kesenangan tersendiri saat belajar fisika, juga ada kepuasan yang luar biasa jika bisa mengerjakan soal. Perasaan seperti itu sudah menjadi semacam zat adiktif dalam diri saya. Sehingga saya ingin belajar fisika lebih banyak termasuk setelah lulus SMA.
Isu lingkungan memang sedang sangat marak dan menjadi persoalan di kota-kota besar, khususnya DKI Jakarta yang setiap tahun selalu dilanda banjir dan kemacetan yang luar biasa. Dengan kondisi seperti itu, tentulah banyak insinyur lingkungan yang dibutuhkan oleh banyak lembaga, baik instansi pemerintahan maupun perusahaan swasta. Fasilitas yang memadai dan peluang kerja yang banyak di kota besar tentu menjadi sesuatu yang sangat menggiurkan. Namun, bagaimana dengan kondisi daerah sendiri? Kampung halaman sendiri, Kabupaten Pandeglang, masih belum mandiri dan memiliki banyak persoalan terkait dengan permasalahan lingkungan. Contohnya daerah Panimbang dan Cikeusik yang hampir setiap tahun menjadi langganan banjir. Tentu banyak yang harus dibenahi termasuk konstruksi di daerah tersebut dan daerah lainnya.
Sumber Daya Alam di Kabupaten Pandeglang merupakan aset yang berlimpah dan paling berharga. Mulai dari air bersih, keanekaragaman tumbuhan dan hewan, barang tambang, bahkan emas. Pandeglang memiliki peluang yang besar untuk maju. Namun, bagaimana dengan Sumber Daya Manusia di Pandeglang? Banyak sekali putra daerah yang sukses dan berpendidikan tinggi. Namun, hanya sedikit dari mereka yang kembali untuk memajukan daerahnya. Mayoritas bekerja di kota besar. Padahal, para intelektual tersebut juga merupakan aset yang sangat berharga yang dimiliki Kabupaten Pandeglang. Oleh karena itu, saya ingin menjadi intelektual muda yang dapat bermanfaat bagi daerah. Kita semua, para calon intelektual muda, putra dan putri daerah, bisa memunculkan banyak Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan untuk memajukan daerah sendiri.
Semua impian besar tersebut, mungkin sekarang masih berada di angan-angan. Tapi, harus ada keyakinan bahwa semuanya bisa terwujud. Tentu saja diiringi dengan usaha yang kuadrat itu. Belajar merupakan salah satu poin penting untuk mewujudkannya. Impian besar tersebut menjadi motivasi dan dorongan kuat untuk belajar dengan giat. Belajar super intensif mulai dari sekarang. Walaupun setiap orang pasti mengalami titik jenuh atau malas. Tapi, jangan biarkan titik itu melebar dan menebal, menjadi selembar kertas atau bahkan sebuah buku yang keras. Kita harus dapat menghapusnya dengan keinginan yang kuat.
Kita harus bersyukur jika diberikan tugas yang menumpuk dan berterima kasih kepada guru yang tegas. Karena dua aspek tersebut adalah hal yang bisa memaksa kita untuk setidaknya membuka buku. Semakin sering kita menghadapinya, kita akan menjadi terbiasa. Sehingga belajar kita bukan hanya untuk memenuhi tugas atau karena takut dihujani pertanyaan oleh guru, melainkan karena terbiasa dan adanya kesadaran dari dalam diri sendiri.
Mengerjakan tugas pada malam hari dan membaca materi setelah shalat subuh merupakan salah satu langkah sederhana yang harus ditempuh. Selain itu juga dengan cara membuat rangkuman pelajaran, terutama rangkuman rumus di buku catatan dengan tampilan yang menarik. Dengan berbagai macam warna dan gambar, membuat kita tidak lelah dan jenuh dalam membacanya. Selain di buku catatan, rangkuman rumus juga bisa dibuat di stick note dan ditempelkan di lemari pakaian, sejajar dengan kepala, karena lemari pakaian merupakan benda yang selalu kita lihat dan sentuh setiap hari. Metode membuat rangkuman seperti ini bukan hanya memudahkan dalam menghafal, tetapi juga membuat kita membaca banyak materi dan berlatih mengambil kesimpulan dari setiap materi.
Tidak hanya membuat rangkuman, video pembelajaran online juga sangat membantu. Salah satu website yang menyediakannya adalah zenius.net. Materinya dikemas secara menarik dan memudahkan kita untuk lebih paham. Jangan hanya materi kelas XII yang dibuka, melainkan juga materi kelas X dan XI, sebagai persiapan menghadapi UN dan SBMPTN.
Selain itu, sebagai umat yang beragama, kita harus terus meminta dan memohon kepada Allah SWT. Kita harus ingat dan terus bersyukur kepadaNya. Kita harus yakin akan impian kita. Allah tidak pernah tidur, Ia melihat sebesar apa usaha kita. Ia merupakan yang Maha Kuasa, jadi kita harus yakin bahwa tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha dan impian kita akan terwujud.

Minggu, 06 Desember 2015

Kinematika

Kinematika

Dibawah ini tersedia link untuk mengunduh file (powerpoint) Kinematika
Kompetensi Dasar 3.3 Kelas X SMA; Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan.

Sabtu, 11 April 2015

Runtuhnya Pilar Andromeda

Runtuhnya Pilar Andromeda

Andromeda Dwi Satrio, seorang remaja yang memiliki kemampuan intelegensi tinggi. Andro, begitu ia biasa dipanggil. Posisinya sebagai urutan teratas di kelasnya tidak pernah tergantikan sejak sekolah dasar. Sejak kecil, Andro bercita-cita untuk menjadi ilmuwan. Keluarganya sangat tergila-gila pada ilmu pengetahuan. Sekarang ia kuliah di Fisika Universitas Pendidikan Indonesia.
Rangkaian ospek universitas dan jurusan telah ia lalui. Sejak awal masuk, sifatnya yang ramai dan kritis membuatnya mudah dikenal dan mendapat banyak teman, terutama di kalangan jurusannya. Namun, bukan hanya Andro yang kritis dan pintar.
“Ijin menanggapi pernyataan Andromeda. Nama, Hilal Ahmad…”
“Wah, nama kamu Hilal? Yang tadi Andromeda? IPBA banget yah. Jangan-jangan kalian…”
“Bodoh, hahaha. Udah ga musim kalau jangan-jangan kalian jodoh mah”.
Begitulah tanggapan refleks dari dua orang kakak tingkat. Ya, namanya Hilal Ahmad. Ia mahasiswa yang sering menjadi rival Andro dalam berbagai forum diskusi, argumennya sangat kuat. Namun, hal tersebut justru membuat mereka dekat. Setiap selesai forum, mereka selalu mengobrol, berbagi referensi,  dan membahas berbagai isu terbaru. Mereka memang dua orang pemuda yang hebat, calon pemimpin masa depan.
“Lo mau kemana?” tanya Andro setelah kuliah sore.
“Gue metafisika dulu” jawab Hilal.
“Gue tunggu lo di perpus pusat” kata Andro.
Ketika di perpustakaan pusat, mereka duduk di meja bundar lantai dasar, sambil melahap tumpukan bukunya masing-masing.
 “Eh tadi lo metafisika? Itu ngapain aja? Belajar ngobrol sama hantu?”, tanya Andro.
“Hahaha, bukan, bukan metafisika yang itu. Di jurusan kita itu ada bimbingan yang namanya metafisika. Itu bimbingan untuk tahsin, maksudnya belajar baca Al-Quran dengan baik. Ini untuk persiapan tutorial PAI di semester depan”.
“Tutorial apaan? Tutorial hijab? Lo kan cowok”.
“Bukan Ndro. Tutorial baca Al-Quran. Kegiatan yang ngaruh ke nilai PAI semester dua. Di kegiatan ini kita diajarin baca Al-Quran, ada tesnya juga. Selain itu juga ada tutoring, berbagi pengetahuan tentang dunia islam, pokoknya bermanfaat banget. Gitu sih yang gua denger dari kakak tingkat”.
“Oh gitu, selamat bersibuk-sibuk ria ya di semester dua, haha”.
“Lo gimana? Udah nanya tentang mata kuliah agama hindu ke kakak tingkat?”.
“Belum”.
“Loh, kenapa? Mau gue bantu cari info?”
“Ga usah, males gue”.
“Hah? Ga salah nih? Ini kan bakal ngaruh ke IP lu di semester dua. Lo kan orangnya perfeksionis banget”. 
“Kepo. Ga penting”.
Hilal sedikit terguncang ketika mendengar tanggapan Andro. Ia lain dari biasanya. Ketika membicarakan hal yang berkaitan dengan mata kuliah dan IP, Andro akan sangat bergairah. Tetapi kali ini berbeda. Justru Hilal yang sedikit cerewet. Sepertinya ada sesuatu yang Andro sembunyikan.

Besok adalah tanggal perayaan hari besar umat hindu. Setiap hari jumat, kelas Fisika C 2014 tidak ada jadwal kuliah.
“Andro, besok galungan ya? Ngapain lo masih disini?” tanya Hilal.
“Maksud lo apaan?”.
“Lo kan banyak duit, gue kira lo bakal ngerayain galungan di Bali”.
“Ah ga penting”.
“Ndro, gue mau nanya sesuatu sama lo. Tapi lo jangan tersinggung ya”.
“Nanya apa?”.
“Lo hindu kan? Tapi kok sejauh yang gue tau lo ga pernah ngerayain hari-hari besar hindu, dan lo suka sensitif kalau gua nanyain hal yang menyangkut hindu. Kenapa?”
“Eh lo kok jadi bawel gini sih?”
“Nah kan, sensitif. Tinggal jawab aja Ndro”
“Lo mau tau? Gue bukan hindu”
“Apa?! Maksud lo apa Ndro?”
 “Maksa banget nih anak. Yaudah, gue jelasin, tapi jangan disini”
Mereka berdua pergi ke lantai dua perpustakaan pusat. Tempat favorit ketika mereka akan membicarakan sesuatu yang rahasia, seperti ideologi berbahaya, pengkritisan terhadap kebijakan rektor, dan hal rahasia lain, seperti kondisi yang mereka hadapi sekarang.
“Gue bukan orang yang beragama hindu. Cuma KTP, KTM, dan identitas tertulis gue yang lain yang bertuliskan hindu. Ayah gue hindu. Ibu gue budha. Kakak gue protestan, pembantu gue katholik. Keluarga kami sangat menghormati keberagaman agama. Sebenarnya, kami tidak terlalu terpengaruh dan taat terhadap agama yang kami yakini. Kami lebih mencintai ilmu pengetahuan. Tapi, diantara anggota keluarga gue yang lain, gue yang paling cinta sama ilmu pengetahuan. Lo tau kan, orang yang cintanya beneran itu, ga akan bagi-bagi. Gue juga gitu. Ga mau bagi-bagi. Jadi, yang gue yakini cuma satu. Gue cuma mengimani ilmu pengetahuan. Gue ga percaya adanya tuhan. Gue lebih percaya dan kagum sama Galileo, Stephen Hawking, dan teman-temannya. Mereka bisa mengerti alam semesta tanpa tuhannya”.
Otak Hilal sulit untuk memahami apa yang baru saja ditangkap oleh indra pendengarannya. Orang yang paling dekat dengannya ternyata tidak beragama. Padahal Andro sering melihat Hilal shalat, mendengar Hilal mengaji dan bershalawat. Andro juga tahu bahwa Hilal berasal dari keluarga muslim yang taat. Tapi kenapa Andro mampu menyembunyikan identitas aslinya.
“L…lo at…ateis?”
“Awalnya, pas SMA, gue agnostik. Gue nyari tuhan yang kata orang-orang nyiptain alam semesta itu, tapi gue ga pernah nemu petunjuk yang masuk akal. Dan setelah melakukan kajian dan pencarian selama kurang lebih dua tahun, gue memutuskan untuk menjadi seorang ateis. Gue ga nyuruh lo buat tutup mulut tentang ini, lo bebas mau nyebarin atau apa”.
“Gue ga bilang bakal nyebarin kok. Gue menghargai apa yang lo yakini. Itu kan ideologi masing-masing. Dan gue ga akan maksa lo untuk menganut agama gue. Lakum dinukum waliyadin”.
“Whatever. Tapi, makasih ya kalau lo emang ngehargain gue”

Setelah lelah dengan tugas kuliah yang datang bertubi-tubi, penat akibat atmosfer kampus yang terlalu ekstrim, kerinduan anak-anak rantau terhadap harum masakan ibu, hobi yang sudah lama tak terjamah, semuanya menjadi alasan bagi para mahasiswa untuk menyambut bulan ini dengan suka cita. Januari 2015. Libur semester telah tiba. Hilal yang berasal dari Pandeglang, Banten, sudah merencanakan kepulangannya sejak lama. Sedangkan Andro terlalu asik dengan proyek-proyek penelitiannya.
“Lo mau pulang kampung? Kapan?” tanya Andro pada Hilal sepulang belajar.
“Iya, lusa berangkat”.
“Yah, cepet banget. Tadinya gue mau minta bantuan lo buat proyek gue”.
“Bantuan apa?”.
“Gue ada proyek tentang arah terbit dan tenggelamnya matahari dan kemungkinan matahari terbit dari barat karena pergeseran kutub magnet bumi. Banyak prosedur yang ga bisa gua lakuin sendirian”.
“Lo ikut aja ke Pandeglang. Disana banyak spot bagus buat ngamatin matahari. Lo mau ngamatin di puncak gunung atau di pantai juga bisa”.
“Wah serius lo? Yaudah gue siapin alat-alatnya. Jangan lusa, besok aja kita berangkat”.
Setelah melalui perjalanan panjang akibat macetnya ibu kota, akhirnya mereka sampai di tujuan. Rumah Hilal terletak di kaki gunung Pulosari. Suasana religius disana sangatlah kental. Banyak didirikan pondok-pondok pesantren dan surau untuk pengajian. Ayah Hilal juga merupakan seorang ustadz. Sebenarnya Hilal mempunyai misi lain membawa Andro ke rumanhnya. Bukan hanya untuk membantu Andro dalam proyeknya, ia juga ingin Andro masuk islam. Ia sudah pernah membicarakan hal ini dengan ayahnya setelah shalat malam, ketika Andro sedang lelap dalam tidurnya. Ayahnya tentu saja sangat mendukung. Meskipun hidayah itu datang kepada hati Andro sendiri, namun ia harus dibimbing dan diberi petunjuk.
“Gue frustasi. Gue butuh referensi lebih banyak. Gue belum yakin sama hipotesis gue”, kata Andro yang sibuk dengan laptop dan tumpukkan bukunya.
“Emang referensi tentang apa yang lo butuhin?”
“Tentang lapisan-lapisan atmosfer yang memengaruhi masuknya cahaya matahari, gue belum yakin itu seimbang atau engga”.
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?...”, tiba-tiba terdengar suara seorang ustadz yang sedang ceramah di mesjid dekat rumah Hilal.
“Itu Q.S Al-Mulk ayat 3 sampai 4. Pas banget sama pertanyaan lo, jadiin referensi tuh”, kata Hilal sambil tersenyum.
“Hah? A… aneh-aneh aja lo”, bantah Andro yang terlihat kaget mendengar kebetulan yang baru saja terjadi.
Hilal membalas bantahan Andro dengan senyuman.
“Andro, gue tau lo udah nyari referensi kemana-mana, termasuk ke semua kitab suci yang ada di rumah lo, lo tau ga referensi yang paling pas sama judul penelitian lo ini?”
Andro hanya menunduk sambil menggaruk-garukkan kepalanya. Ia pernah menceritakan kendala-kendala yang dilaluinya selama persiapan penelitian ini. Ternyata, Andro sudah merancang dan mengumpulkan referensi untuk eksperimen ini sejak awal masuk kuliah. Tetapi, dari sekian banyak buku yang ia baca, tidak ada pernyataan yang benar-benar mendukung hipotesisnya.
“Diriwayatkan oleh Abu Huarirah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima Taubatnya”,
“Al-Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radliyallaahu ‘anhuma, ia berkata “Aku menghapal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebuah hadits yang aku tidak lupa setelahnya. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sesungguhnya tanda-tanda (besar hari kiamat) pertama yang akan muncul adalah terbitnya matahari dari arah barat’”
“Masih belum yakin juga?” tanya Hilal sambil tersenyum.
Andro hanya bisa memandang Hilal dengan tatapan yang menunjukkan kekagumannya terhadap kalimat-kalimat yang baru saja keluar dari mulut Hilal.
“Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidaklah tegak hari kiamat hingga matahari terbit dari arah barat. Apabila ia telah terbit (dari arah barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya’”.
Seketika air mata menetes dan perlahan mengalir deras di pipi Andro. Ia tak mampu menutupi rasa takjubnya. Ia menangis tersedu-sedu, memandang Hilal dengan air mata dan senyuman di wajahnya. Ia menggenggam tangan Hilal dengan kuat.
“Hilal, gue ga tau apa yang gue rasain sekarang. Hati gue tergetar. Sebenernya, sejak ayat Al-Quran yang dibacain ustadz di mesjid tentang atmosfer. Gue udah terbangun dari tidur panjang gue. Tapi di dalam hati gue masih ada pergejolakan hebat antara nerima itu semua atau engga. Tapi, setelah hadis-hadis yang lo ucapin tadi, pergejolakkan itu udah reda. Gue yakin sama hipotesis gue sekarang. Gue percaya sama semua yang lo bilang tadi. Gue percaya sama the creator, Tuhan lo, Allah SWT”.
Air mata dan emosi itu, bagaikan virus ganas yang menyebar dengan cepat. Hanya dalam waktu sepersekian detik, Hilal juga diliputi air mata haru.
“Subhanallah, walhamdulillah. Hidayah itu datang secepat ini. Alhamdulillah, wa syukurillah. Andro, lo ikut gue ke mesjid sekarang. Disana ada ayah gue. Dia bakal ngebimbing lo bersyahadat”, dengan penuh semangat dan perasaan suka cita, Hilal membimbing Andro menuju mesjid, menuju jalan terbaik yang telah Andro pilih untuk kehidupannya.

Begitulah datangnya kebaikan. Tak terduga. Tak memandang siapa yang akan didatangi, kapan, dan dimana, semua terjadi begitu saja. Latar belakang munculnya hidayah bagi setiap orang bisa sangat berbeda dan tak disadari. Ilmu pengetahuan duniawi ternyata bisa mengantarkan seseorang menuju Tuhannya. Tuhan pemilik dunia yang ia teliti. Tuhan yang menciptakan alam semesta yang bahkan tak akan habis di pelajari selama ribuan tahun. Sudah sewajarnya manusia yang hanya salah satu dari triliunan ciptaan Tuhan, tunduk dan patuh kepada Sang Pencipta. Bagaimana mungkin seorang manusia yang berakal dapat mengabaikan pencipta raganya yang luar biasa sempurna? Pengatur denyut nadi, pengatur aliran darah, pengatur kadar garam di lautan, pengatur rotasi bumi, pengatur aktivitas galaksi yang luar biasa luas. Masih bisakah manusia yang berilmu mengabaikan kekuasaanNya? Sampai kapan manusia akan menutup mata atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Tuhannya? Akan ada keadaan dimana manusia berakal meluapkan segala rasa syukur terhadap Sang Pencipta melalui air matanya.

  Hari-hari Andro dan Hilal menjadi semakin indah sejak saat itu. Andro telah banyak mempelajari islam selama di rumah Hilal. Dengan kemampuan intelegensi yang sangat tinggi, Andro dapat dengan cepat mengerti ibadah-ibadah yang dilakukan umat islam. Ia hanya perlu waktu sehari untuk menghafal bacaan shalat dan doa sehari-hari. Ia juga sangat senang belajar membaca Al-Quran.
“Emang sih gue pernah belajar bahasa arab sebelumnya. Tapi bahasa arab yang ada di Al-Quran tuh beda. Puitis banget. Tapi juga saintis. Now, I believe that Al-Quran isn’t only a book of ‘science’, but also a book of ‘sign’. Gue pengen dong bisa baca Quran merdu kayak lo. Kalau gue balik ke Bandung, udah ga ada ayah lo, lo harus mau ngajarin gue baca Quran ya!”, kata Andro dengan penuh semangat.
“Tenang aja. Lagian kan ada tutorial di semester depan. Disana lo bakal diajarin ngaji sampai jago. Lo bakal seneng deh sama tutorial. Soalnya disana ada kajian ayat juga, cocok banget kan sama lo yang hobi menganalisis. Pokoknya banyak manfaatnya deh tutorial tuh” jawab Hilal dengan sedikit promosi.
“Bisa-bisa gue jadi kuncen Al-Furqon kali ya, hahaha”.
 Andro dan Hilal sangat bersemangat menyambut tutorial. Hilal tentu saja langsung lulus di tes baqi. Berbeda dengan Hilal, Andro belum lulus kali ini. Ia mengaku sengaja tidak menampilkan kemampuan mengajinya yang sesungguhnya. Karena ia ingin masuk kelas tahsin, agar bisa belajar membaca Al-Quran lebih dalam dan lebih banyak. Program tutorial sangat membantu Andro yang merupakan pendatang baru di dunia islam.

Rasa syukur yang luar biasa dirasakan oleh Hilal atas keputusan Andro untuk beriman dan menjadi seorang muslim. Ia senang karena sudah berhasil meruntuhkan tembok tinggi beserta pilar kuat yang telah dibangun Andro untuk mengelilingi dirinya sendiri. Tembok yang melindungi pemikirannya tentang ketidakadaan tuhan. Pilar yang menguatkan hatinya agar menjadi keras. Sekarang tembok dan pilar itu telah runtuh oleh keindahan ayat-ayat suci Al-Quran dan keimanan yang kuat.

Jumat, 09 Januari 2015

Harta Karun Kepulauan Pagai

Harta Karun Kepulauan Pagai
Oleh Syifa Fauziah Ahmad

                Galvani Putri Setiawan, seorang siswi kelas XII SMA yang baru saja genap berusia tujuh belas tahun. Mungkin kata pertama pada namanya cukup familiar. Galvani adalah nama seorang fisikawan terkenal dari Italia. Wajar saja, kedua orangtua Vani – begitu ia biasa dipanggil – adalah pecinta sains, kedua adiknya juga memiliki nama yang cukup familiar di kalangan saintis, Alfa dan Gamma.
                Vani adalah anak yang cukup pintar di kelasnya, setidaknya ia hanya dikenai kewajiban remedial pada pelajaran bahasa asing. Meskipun tidak berkulit putih mulus, Vani tetap terlihat manis dan sangat menarik. Ia cukup populer di sekolahnya, selain karena penampilan dan kepintarannya, Vani adalah gitaris band sekolah yang beraliran rock, ia juga merupakan atlet renang yang selalu membawa nama baik sekolahnya di berbagai kejuaraan.
                Keluarga Vani sangat harmonis, bahkan ia jarang berkelahi dengan adik-adiknya seperti adik-kakak pada umumnya. Orangtuanya berpenghasilan menengah dan pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Vani memiliki sahabat-sahabat yang menyenangkan dan solid, juga sangat pengertian dan selalu ada untuknya. Selain itu, seorang kekasih yang sangat ia sayangi melengkapi kebahagiaannya. Ya, Vani memang tidak akan pernah krisis kasih sayang, hidupnya sangat sempurna.
                Berkumpul bersama sahabat-sahabat dan Affan, kekasihnya, di rumah Meriana, memang paling ampuh untuk mengobati segala macam hal berat yang telah dilaluinya di sekolah. Ulangan harian, presentasi, dan pekerjaan rumah yang tak pernah lelah membuntuti para pelajar memang menjadi kewajiban dan memberi sensasi tersendiri bagi yang mengerjakannya.
                Dari rumah Meriana, Vani diantar pulang oleh Affan. Affan memang selalu setia antar-jemput Vani kemanapun, meskipun tidak diminta, ia memang laki-laki yang baik dan bertanggungjawab. Meskipun sudah hampir satu tahun usia hubungan mereka, Affan tidak pernah macam-macam. Jika ingin mengajak Vani pergi, ia pasti meminta izin kepada orangtua Vani. Sayangnya, “geng ibu-ibu rumpi”, julukan yang diberikan Alfa kepada sekumpulan ibu-ibu di lingkungan kompleknya itu memang tidak mau tahu. Mereka tetap saja asik menggunjing Vani dan Affan. Mungkin ada kepuasan tersendiri bagi para ibu itu, seperti mengkonsumsi zat adiktif, memberi kesenangan sementara dan membuat kecanduan.
                Malam itu, malam pertama di liburan semester ganjil, Vani tidak bisa tidur. Berjuta hal melayang-layang di benaknya. “Ah, bosen!” fikirnya, “Hidup aku gini-gini terus, flat. Ga ada tantangan. Semuanya terlalu mudah untuk aku dapat. Aku juga ingin bersusah payah untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi semua sudah terfasilitasi oleh Papa dan Mama”. Ia memandangi seluruh detail kamarnya. Matanya tertuju pada sekumpulan DVD bajakan koleksinya, ada film Journey to The Centre of The Earth, Narnia, Alice in Wonderland, dan masih banyak lagi. Tiba-tiba saja terlintas dibenaknya “Mungkin aku hanya butuh sedikit petualangan!”. Bergegas ia menyiapkan pakaian, alat shalat, makanan, uang, kamera digital, buku catatan kecil, pensil, dan obat-obatan seadanya, penampilannya sudah seperti bagpacker sekarang. Tapi, ia akan kabur dari orangtuanya, sahabat-sahabatnya, Affan, apakah ia yakin? Mereka tentu saja akan panik dan segera mencarinya meskipun ke ujung dunia. “Aku tidak kabur, aku akan meninggalkan pesan untuk mereka semua”. Ia menyiapkan selembar kertas dan pulpen.
Ma, Pa. Jangan dulu panik. Vani cuma mau pergi sebentar. Vani janji akan pulang dalam waktu yang cepat. Vani cuma mau survive. Maaf kalau Vani bikin Mama dan Papa pusing. Vani sayang Mama Papa.
Sekarang pukul 23.00, Affan dan Meriana pasti sudah tidur. Vani mengeluarkan handphone dan mengirimkan pesan singkat untuk Affan.
Jangan kaget kalau pas kamu bangun nomor aku udah ga aktif. Aku pergi buat cari pengalaman dan pelajaran yang ga bisa aku dapat di sekolah. I need some adventures, dear. And I’ll be fine, trust me. I love you.
Dilanjutkan pesan singkat untuk Meriana.
Mer, maaf aku ga bisa kumpul sama kalian untuk minggu-minggu ini. Salam buat anak-anak ya. Have fun!
                Vani bergegas mengikat tali sepatunya dan pergi. Ia langsung menuju sebuah counter kartu perdana di dekat rumahnya untuk mengaktifkan nomor handphone baru. Ia bingung menentukan tempat yang akan ia tuju. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke daerah Lampung. Ada rumah Om Sigit disana, seandainya ia kehabisan perbekalan.
Kurang lebih satu jam perjalanan menuju Pelabuhan Merak. Meskipun sudah larut malam, pelabuhan tetap ramai. “Wah, kalau kapal untuk umum baru berangkat besok pagi Neng” kata seorang tukang asongan di pelabuhan. “Kalau itu kapal apa yang siap-siap berangkat?” tanya Vani, “Itu kapal punya perusahaan swasta Neng, mau mengirim barang tambang ke luar pulau”, “Oh begitu, terimakasih yah Pak”. Tanpa berfikir panjang, Vani langsung mengendap-endap naik ke kapal tersebut. “Petualangan dimulai” fikirnya.
 Ia berada di tengah-tengah tumpukan karung yang sepertinya berisi bahan makanan. Kapal mulai berjalan menjauhi dermaga. Dinginnya angin laut dan ayunan kapal yang terombang-ambing oleh ombak membuat Vani terlelap di antara tumpukan karung tersebut. Tapi, ada satu hal yang ia lupakan; tempat tujuan kapal tersebut.
Sinar matahari yang berusaha menembus celah awan di pagi hari membangunkan Vani. Kapal mulai merapat ke daratan. Vani turun tanpa terlihat oleh petugas kapal. Bakauhuni sepertinya berbeda sekarang, lebih sepi. Ia melihat ke jam tangannya, sekarang pukul 10.00. Terasa urine dari dalam ginjalnya memaksa untuk keluar. Tak bisa tertahan lagi, mereka terlalu banyak, terlalu lama ditahan sejak tengah malam tadi. Ia berkeliling untuk mencari toilet. Tapi tulisan di sebuah papan besar cukup membuatnya terkejut di saat darurat seperti ini “SELAMAT DATANG DI DESA MUARA BIRU, KEPULAUAN PAGAI, SUMATERA BARAT”. Vani kaget bukan main. Hampir saja segerombolan urine itu melompat keluar. Untungnya ia sempat menemukan toilet umum.
Sementara itu, di rumahnya, Mama dan Papa sangat panik. Berita hilangnya Vani sudah menyebar ke seluruh penjuru komplek. Geng ibu-ibu rumpi mulai mencapai klimaks tentang bahan gunjingannya yang baru; Vani dibawa kabur oleh Affan. Tapi berita itu gugur seketika saat Affan, Meriana, dan empat orang sahabat Vani yang lain datang ke rumah Vani. “Nomornya tidak aktif, Tante” kata Affan. “Kita telpon polisi aja Om, biar prosesnya lebih cepat” kata Meriana. “Iya Pa, Mama khawatir” ujar Mama Vani sambil terus menangisi kepergian anak perempuannya.
Seorang gadis yang memperhatikan Vani sejak pagi tadi akhirnya menyapa. “Permisi, ada yang bisa saya bantu? Sepertinya Kakak mencari sesuatu” katanya, “Iya, apakah benar ini wilayah Sumatra Barat? Bukan Lampung? Kalau iya, sepertinya nama daerah ini asing, aku tidak pernah melihat di buku paket geografi kelas X SMA, atau mendengarnya di televisi, radio, atau membaca di koran, atau….” sup jamur buatan Mama, nasi, dan susu yang diminumnya tadi malam berkumpul menjadi satu dan menyatukan kekuatan untuk keluar melalui mulut Vani. “Kakak sepertinya mabuk laut. Ayo bersihkan diri dulu, ikutlah ke rumah saya, oh iya, nama saya Siti”.
Vani disambut baik oleh Siti dan keluarganya. Rumahnya sederhana, bangunan semi permanen. Setelah mandi, ia dipersilahkan untuk makan siang bersama keluarga Siti. “Jadi Dek Vani dari Tangerang dan tersesat kesini, dari sini ke Lampung cukup jauh Dek. Harus naik kapal feri selama tiga jam, dilanjutkan perjalanan darat yang bisa sampai dua hari lamanya. Atau naik pesawat kalau ingin cepat” kata Ibu Siti. “Sempurna! Ini petualangan yang aku mau. Jauh dari kemewahan di rumah. Banyak kesempatan aku belajar survive disini. Kalau aku mau pulang, uangku masih cukup untuk tiket pesawat ke Soekarno-Hatta” fikir Vani. “Kakak bisa tinggal disini kalau Kaka mau. Di rumah ini hanya ada saya, Ibu, dan Abu, adik saya. Bapak masih di Padang dan hanya pulang sebulan sekali” kata Siti. “Terima kasih Siti, aku akan bayar biaya penginapan satu hari seratus ribu, bagaimana?”, “Ah, tidak usah Dek Vani, kami senang ada penghuni baru disini, teman baru untuk Siti dan Abu, tidak usah sungkan-sungkan” kata Ibu Siti disertai senyumnya yang menyejukkan hati.
Tiga hari berlalu. Vani sangat suka tinggal di Muara Biru. Tempatnya sangat indah, pasir pantainya putih, air lautnya biru dan sangat bersih. Meskipun hanya pulau kecil, tetapi memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah. Banyak ikan hias, terumbu karang, ikan-ikan besar untuk dikonsumsi, juga kekayaan hutannya. Ah, beruntung sekali masyarakat disini. Kepulauan Pagai hanya satu dari berjuta harta Indonesia. Tempat ini memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Selain itu, Vani juga mengenal Siti telah lebih jauh. Siti seusia dengan Vani, tapi hanya berpendidikan SMP karena tidak ada SMA disini. Walaupun begitu, Siti tidak sungkan untuk membagikan ilmunya. Ia mengajar di SD dan SMP dekat rumahnya. Beberapa kali Vani ikut mengajar. Mereka sangat takjub dengan kemampuan Vani. Vani mengajarkan cara berhitung cepat, membuat alat-alat praktek sains sederhana seperti perambatan bunyi menggunakan kaleng dan benang, pembangkit listrik Sel Volta menggunakan buah-buahan asam, dan lain-lain. Vani juga senang menemani Abu dan teman-temannya bernyanyi di pinggir pantai pada sore hari. Ia mengajarkan cara bermain gitar menggunakan gitar yang dibelikan ayah Abu dari Padang sebulan yang lalu.      
“Pa, sudah hampir seminggu dan Vani belum ditemukan juga. Affan dan teman-teman Vani yang sudah berjuang keras mancarinya sejak awal juga belum mendapatkan hasil apa-apa. Apa yang harus kita lakukan Pa?” ujar Mama Vani sambil menyandarkan kepala di pundak Papa, menumpahkan semua air matanya. “Kita sudah berusaha Ma. Sekarang kita tawakal saja, serahkan semuanya kepada Allah. Perbanyak shalat sunnah dan memohon kepada Allah. Allah pasti menjaga Vani, ia pasti baik-baik saja, yakinlah. Ia anak yang baik dan pintar. Ia bisa menjaga dirinya”.
Suatu siang, sepulang mengajar, Vani dan Siti dibuntuti oleh dua orang pria. Tapi Vani dan Siti sangat lelah sehingga tidak menyadari hal tersebut. Seketika mereka ditangkap dan dibius. Ketika sadar, mereka berada di dalam mobil yang melaju cepat melewati hutan. “Mereka cantik dan muda, pasti punya harga jual yang tinggi” kata salah seorang dari pria itu. “Apa?! Apa-apaan ini? Apa maksud kalian?” teriak Vani. “Eh, yang cantik sudah bangun. Jangan banyak cakap lah Dek. Kalian akan senang nantinya”, “Turunkan kami disini! Ini penculikan!” kata  SIti. “Berisik kali kalian ini!” kata seorang pria dan langsung membungkam mulut kedua gadis itu dengan obat bius.
Ketika sadar, mereka sudah berada di atas kapal feri yang cukup besar. Mereka tidak hanya berdua, tapi ada belasan gadis disana. Mereka semua ada di bagian bawah kapal. Kepulauan Pagai bukan hanya memiliki kekayaan alam yang berlimpah, tetapi juga gadis-gadisnya yang cantik dan menarik.
“Apa ini? Kalian siapa? Kemana kapal ini pergi?” kata Vani panik.
“Kami juga korban seperti kalian. Ternyata berita ini benar, berita yang sudah ramai diperbincangkan sejak dua minggu yang lalu, penculikan dan perdagangan gadis ke luar negri” jawab seorang gadis,
“Apa?! Perdagangan gadis?! Tidak mungkin. Apa yang harus kita lakukan?” kata Siti.
 “Kita harus pergi dari sini!” kata Vani.
“Tidak mungkin. Kita berada di atas lautan, kita tidak mungkin kabur” jawab salah seorang gadis.
“Kita bisa berenang” kata Vani.
“Saya tidak bisa berenang. Lagipula bagaimana cara kita keluar?” kata Siti.
“Di kapal feri seperti ini pasti ada pelampung keselamatan, tapi di atas sana. Apakah pintu ke atas dikunci?” kata Vani.
“Tidak” jawab seorang gadis yang duduk dekat pintu.
“Bagus. Kalau begitu aku akan naik untuk melihat situasi dan pelampung. Apakah disini ada yang ahli bela diri?” kata Vani. Tidak ada satupun yang menjawab selama beberapa detik.
“Saya. Hey ayolah kawan. Kita sedang dalam bahaya, ini perjuangan untuk bertahan hidup. Apakah kalian mau dijual ke luar negri? Meskipun saya tidak pernah ikut latihan bela diri, tapi dalam situasi darurat seperti ini kita harus kuat!” kata Siti. Perkataan tersebut ternyata mampu membangunkan semangat para gadis di kapal tersebut. Perlahan-lahan Vani membuka pintu. Ia mengintip keluar.
“Hanya tiga orang. Kita semua harus keluar dan menghadapinya. Dengan begitu kita tidak usah berenang untuk mencapai daratan” kata Vani.
Akhirnya mereka semua keluar dan mengeluarkan segenap tenaganya untuk melawan para pria itu. Salah seorang dari pria itu mengeluarkan senjata dan menarik pelatuknya. Namun ia terlambat karena seorang gadis buru-buru menendang perut pria tersebut. Pelurunya keluar namun tidak mengenai seorangpun, melainkan menembus bagian bawah kapal. Bukan hanya satu, tapi empat peluru bertubi-tubi. Hal tersebut membuat kapal berlubang dan air masuk ke dasar kapal. Para pria tersebut sempoyongan dan akhirnya terbaring di atas kapal. Mereka tidak sanggup menahan serangan dari belasan gadis tersebut.
“Teman-teman, daratan sudah dekat, hanya sekitar lima puluh meter dari sini. Tapi kapal ini tidak akan bertahan lama. Kita harus berenang. Gunakan pelampung. Jumlahnya terbatas, setidaknya gunakan satu pelampung untuk dua orang” kata Vani.
“Pelampung hanya ada enam, dan kita berjumlah tiga belas” kata Siti.
“Jangan khawatir. Aku bisa berenang. Sekarang, lemparkan pelampungnya ke laut, dan lompatlah, kemudian ikuti intruksiku, jangan takut” kata Vani. Vani yang merupakan atlet renang akhirnya harus menghadapi medan yang sesungguhnya. Mereka semua melompat ke laut. Dengan mengikuti intruksi dari Vani, mereka akhirnya sampai di daratan dan terbaring kelelahan.
Di pagi hari, warga setempat menemukan mereka semua dan langsung melaporkannya ke kantor polisi. Vani kemudian menelepon orangtuanya di Tangerang. Mengetahui berita tersebut, kedua orangtuanya langsung menjemput, mereka mengantarkan Siti ke Muara Biru dan mengambil barang-barang Vani yang tertinggal disana, tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga Siti, kemudian pulang ke Tangerang.
“Sayang, jangan diulangi lagi yang seperti ini. Kalau kamu tidak tertolong, mungkin kamu sudah menjadi TKW di luar negri sekarang” kata Papa. “Iya, untung kamu bisa berenang Van, kamu sih ada-ada aja pake kabur segala. Kita semua khawatir disini” kata Meriana. “Iya, seminggu nyariin anak dewasa kayak kamu bukan hal mudah loh” kata Affan. “Iya-iya, maafin aku, aku menyesal bikin kalian semua khawatir, aku janji tidak akan mengulanginya lagi”. Kata Vani penuh penyesalan.

Sekarang, Vani lebih menikmati hidupnya. Ia bersyukur memiliki Mama, Papa, Alfa, Gamma, Affan, Meriana, dan empat sahabatnya yang lain, yang sangat ia sayangi dan juga menyayanginya. Vani juga sering mengirim surat untuk Siti dan keluarganya karena tidak ada satu providerpun yang memasang tower di dekat rumah Siti.